ATAMBUA, [LINTASTIMOR.ID] — Di antara aroma kukus daun pisang dan harum singkong rebus yang menyeruak di udara, enam tim UMKM dari tiga kecamatan di Kabupaten Belu beradu kreativitas dalam Lomba Pangan Lokal bertema “Fila Ba Abut” — kembali ke akar, kembali ke cita rasa leluhur.
Lomba yang digelar pada Jumat, 31 Oktober 2025, di bawah kolaborasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Belu bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Regional XVI NTT ini menjadi lebih dari sekadar kompetisi kuliner.
Ia menjelma menjadi panggung penghormatan bagi warisan budaya tak benda yang menghidupi masyarakat perbatasan Indonesia–Timor Leste.
Dua kuliner khas Belu yang diangkat — Ut Moru dan Ai Uhik Kukus — tampil bukan hanya dengan rasa, tetapi juga dengan jiwa. Bahan-bahan sederhana seperti singkong, daun pisang, dan parutan kelapa berubah menjadi simbol kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun.
Camat Atambua Barat, Hendrikus Andara, menegaskan makna mendalam di balik gelaran ini.
“Ai Uhik Kukus dan Ut Moru bukan sekadar makanan, tapi warisan budaya tak benda yang menunjukkan identitas dan kearifan lokal Kabupaten Belu. Karena itu, kita wajib menjaganya agar tidak hilang ditelan zaman,” ujarnya dengan nada penuh bangga.
Dari enam tim peserta, UMKM Srikandi dari Kecamatan Atambua Barat berhasil menyabet Juara 1. Disusul UMKM Oan Lidak dari Kecamatan Atambua Selatan sebagai Juara 2, dan UMKM OMK Paroki Fatubenao dari Kecamatan Kota Atambua di posisi ketiga.
Selain trofi, setiap peserta juga menerima uang pembinaan sebagai bentuk apresiasi atas semangat melestarikan pangan lokal.
Lebih dari perlombaan, kegiatan ini menjadi perayaan rasa dan akar budaya. Di tangan para perempuan dan pemuda pelaku UMKM, resep tradisi diolah menjadi kebanggaan baru: pangan lokal yang berdaya saing, bernilai ekonomi, dan sarat makna.
“Semoga kegiatan ini menginspirasi masyarakat Belu untuk lebih aktif dan produktif mengolah bahan pangan lokal. Sebab, dengan mengkonsumsinya, kita turut menjaga jati diri budaya kita sendiri,” tutur Hendrikus Andara menutup kegiatan.
Di tanah perbatasan ini, aroma Ai Uhik Kukus dan gurihnya Ut Moru bukan sekadar kenangan masa lalu — ia adalah simbol cinta pada akar, sekaligus langkah kecil Belu menuju panggung dunia.
Tagline:
Lintastimor.id — Suara dari Perbatasan, Promosi Budaya untuk Dunia.
















