Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten MappiKabupaten MimikaNasionalPolkam

Agustinus Angaibak Mengajak: Wujudkan Papua Zona Damai, Saatnya Bersatu, Bukan Menyalahkan!

53
×

Agustinus Angaibak Mengajak: Wujudkan Papua Zona Damai, Saatnya Bersatu, Bukan Menyalahkan!

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Ketua MRP Papua Tengah Serukan Hentikan Kekerasan: “Mari Kita Ciptakan Papua yang Tenang, Aman, dan Bermartabat”

TIMIKA [LINTASTIMOR.ID] — Suara hati untuk perdamaian kembali menggema dari Tanah Papua. Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Tengah, Agustinus Angaibak, menyerukan ajakan yang menggugah nurani: wujudkan Papua sebagai zona damai, hentikan kekerasan, dan tinggalkan budaya saling menyalahkan.

Example 300x600

Dalam nada penuh keprihatinan, Agustinus menyoroti konflik bersenjata yang terus membayangi wilayah pegunungan seperti Puncak, Puncak Jaya, Intan Jaya, Wamena, dan Yahukimo.

Ia mengajak seluruh elemen masyarakat Papua — tokoh adat, gereja, pemuda, dan perempuan — untuk bersatu membangun masa depan tanpa suara senjata.

“Kita sering mendengar tentang keberadaan tentara organik dan non-organik, juga penambahan polisi. Pemerintah mengirimkan TNI dan Polri bukan untuk menakuti, tetapi sebagai pagar bagi kita semua. Mari kita pahami, ini adalah tanggung jawab negara menjaga keamanan rakyatnya,”
ujar Agustinus Angaibak, Minggu (5/10/2025).

Menurutnya, kehadiran aparat keamanan tidak dapat dilepaskan dari situasi di lapangan. Selama peluru masih menyalak di pegunungan, negara tetap berkewajiban hadir melindungi warganya.

Ia meminta masyarakat memahami bahwa penambahan aparat bukan bentuk penjajahan, melainkan langkah penyelamatan jiwa manusia.

“Kita tahu, aksi penembakan oleh OPM mungkin belum akan berhenti total. Tapi jangan kita terus menyalahkan negara karena menambah aparat. Ingat, di wilayah pegunungan sana, suara senjata masih menjadi ancaman bagi anak-anak dan warga sipil,”
tegasnya dengan nada penuh empati.

Meski begitu, Agustinus tak menutup mata terhadap rasa takut dan ketidaknyamanan warga. Ia mengakui, perdamaian sejati tidak bisa hanya diciptakan oleh senjata, melainkan oleh hati yang mau berdialog.

“Yang kita butuhkan hari ini adalah duduk bersama. Tokoh masyarakat, tokoh adat, perempuan, gereja, dan DPRK harus bersinergi mencari solusi. Papua hanya akan damai jika kita semua bicara dengan hati, bukan dengan peluru,”
lanjutnya mengajak dengan nada persaudaraan.

Agustinus memandang bahwa membangun zona damai Papua bukan sekadar cita-cita, melainkan tanggung jawab moral seluruh anak bangsa. Perdamaian tidak akan hadir selama prasangka masih menutup ruang saling percaya. Karena itu, ia mendorong agar pemerintah pusat dan daerah membuka ruang dialog yang lebih manusiawi dengan pendekatan budaya, bukan kekuasaan semata.

“Mari kita tinggalkan budaya menyalahkan. Sudah saatnya bersatu, mencari cara mewujudkan Papua damai di enam provinsi. Jangan lagi ada darah yang tumpah di tanah ini. Ciptakan masa depan yang aman bagi generasi penerus,”
pungkas Agustinus Angaibak dengan suara teduh namun tegas.

Seruan damai ini menjadi suara nurani dari jantung perbatasan, menembus sekat politik dan ideologi. Dari Agimuga hingga Wamena, dari lembah hingga gunung, pesan itu sama: Papua ingin damai.


LINTASTIMOR.ID — Suara dari Perbatasan untuk Perdamaian Dunia

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe