Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Kabupaten MimikaKesehatanNasional

Ketika Obat Tak Cukup: Natal, Bingkisan, dan Doa yang Diam-Diam Menyembuhkan

54
×

Ketika Obat Tak Cukup: Natal, Bingkisan, dan Doa yang Diam-Diam Menyembuhkan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA |LINTASTIMOR. ID)-Di sebuah ruang tunggu yang biasanya dipenuhi antrean, keluhan, dan wajah letih, Natal datang tanpa lonceng—hanya lewat senyum sederhana dan bingkisan kecil di tangan petugas kesehatan. BLUD Puskesmas Timika, pada penghujung tahun 2025, memilih cara yang sunyi namun menggetarkan: melayani sambil mengasihi.

Hari itu, pasien tidak hanya menerima resep dan pemeriksaan. Mereka menerima sesuatu yang jarang tercatat dalam rekam medis—perhatian.

Example 300x600

Pelayanan kesehatan, yang sering kali terasa mekanis dan terburu-buru, mendadak berubah menjadi ruang perjumpaan manusia. Dari meja pendaftaran hingga lorong-lorong poli—Lansia, Anak, Gigi, dan lainnya—bingkisan Natal berpindah tangan, disertai tatapan hangat yang seolah berkata: kamu tidak sendiri.

“Kami ingin pasien tahu bahwa mereka diperhatikan, bukan sekadar dilayani,”
ujar Darling Samber, AMG,
Kepala BLUD Puskesmas Timika sekaligus penanggung jawab kegiatan.

Kegiatan ini bukan agenda seremonial, apalagi proyek anggaran. Ia lahir dari sumbangan sukarela—uang yang dikumpulkan bukan karena kewajiban, melainkan karena empati. Dari tangan-tangan yang rela berbagi, terkumpul 165 bingkisan Natal, masing-masing membawa pesan yang sama: kasih tidak pernah menunggu pasien sembuh lebih dulu.

“Meskipun tidak banyak, kami berusaha memberi yang terbaik.
Sebab dalam kondisi sakit, perhatian kecil bisa berarti besar,”

lanjut Darling, pelan namun penuh keyakinan.

Dalam dunia kesehatan, sering kali yang dihitung adalah angka—tekanan darah, suhu tubuh, hasil laboratorium. Namun di hari itu, Puskesmas Timika menghitung hal lain: senyum yang muncul, mata yang berbinar, dan hati yang sedikit lebih ringan.

Bagi sebagian pasien, bingkisan itu mungkin sederhana. Namun bagi mereka yang datang dengan tubuh lemah dan pikiran cemas, ia menjelma pengingat bahwa hidup masih punya kejutan baik.

“Saya kaget waktu petugas kasih bingkisan,”
kata Perina Wamang, salah satu pasien.
“Terima kasih banyak. Pelayanan seperti ini bikin kami yang sakit
merasa lebih senang—seperti cepat sembuh.”

Natal, dalam makna terdalamnya, memang bukan soal kemeriahan. Ia tentang kehadiran. Tentang mendekat kepada yang lemah, tanpa bertanya apa yang bisa dibalas. Dan di Timika, Natal itu hadir lewat tenaga kesehatan yang tetap bekerja, sambil menyelipkan cinta di sela-sela tugas.

Kepala Puskesmas juga mengingatkan masyarakat akan hal yang sering terlupa: menjaga kesehatan sehari-hari adalah bentuk kasih pada diri sendiri. Namun ketika sakit datang—sebab hidup tak selalu bisa dicegah—pelayanan yang manusiawi adalah obat tambahan yang tak tertulis di resep.

Di antara bau antiseptik dan suara panggilan antrean,
Natal membuktikan bahwa penyembuhan
tidak selalu datang dari pil dan suntikan,
tetapi dari rasa dipedulikan.

Dan mungkin, di situlah esensi pelayanan kesehatan yang paling murni: bukan hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga menjaga agar harapan tetap hidup.

 

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe