Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten MappiNasionalPeristiwaPolkam

Puasa Politik di Tanah Rawa: Ketika Keamanan Menjaga Suara, Bukan Memihaknya

73
×

Puasa Politik di Tanah Rawa: Ketika Keamanan Menjaga Suara, Bukan Memihaknya

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MAPPI |LINTASTIMOR.ID)-
Di Mappi, demokrasi tidak datang dengan sorak-sorai. Ia tiba dengan langkah senyap para aparat, doa-doa warga kampung, dan kesediaan semua pihak untuk menahan diri. Kamis, 18 Desember 2025, ratusan personel Polres Mappi disiagakan—bukan untuk menunjukkan kuasa, melainkan untuk memastikan bahwa suara rakyat dapat lahir tanpa rasa takut.

Tanah Mappi adalah hamparan rawa, sungai, dan kampung-kampung yang hidup dari kebersamaan. Di sanalah pemilihan kepala kampung (Pilkam) serentak digelar—di 15 distrik dan 162 kampung—sebuah agenda demokrasi paling dekat dengan denyut nadi warga. Pilkam bukan sekadar memilih pemimpin, tetapi memilih arah hidup bersama: siapa yang dipercaya menjaga adat, mengelola dana kampung, dan merawat harapan.

Example 300x600

Polres Mappi memahami satu hal penting: keamanan bukan soal senjata, tetapi soal kehadiran yang menenangkan. Sebanyak 130 personel disiagakan, menyebar dari Mapolres hingga TPS-TPS kampung, dari Polsek hingga Polsubsektor. Mereka hadir dengan satu tujuan: memastikan demokrasi berjalan jujur tanpa intimidasi.

“Pilkam adalah fondasi demokrasi di tingkat kampung,” ujar Kabag Ops Polres Mappi, AKP Wisan Krebru, S.H, mewakili Kapolres Mappi Kompol Suparmin, S.IP., M.H.
“Tugas kami memastikan seluruh proses berjalan sesuai asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.”

Pengamanan tidak dimulai pada hari pencoblosan. Ia telah dirawat sejak jauh hari—melalui komunikasi, pendekatan persuasif, dan imbauan kamtibmas kepada bakal calon serta tokoh-tokoh masyarakat. Inilah praktik solusi yang jarang disorot: mencegah konflik sebelum ia tumbuh.

“Kami sudah mengamankan tahapan persiapan, pendistribusian surat suara, hingga pencoblosan hari ini,” lanjut AKP Wisan.
“Harapan kami sederhana: semua berjalan aman, tertib, dan damai.”

Di balik seragam, ada pesan yang lebih dalam: puasa politik—menahan ego, amarah, dan hasrat menang dengan cara apa pun. Kepolisian mengimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak mudah terprovokasi, serta menolak hoaks yang bisa meretakkan persaudaraan kampung.

“Siapa pun yang terpilih adalah bagian dari warga itu sendiri,” tegasnya.
“Perbedaan kita satukan dengan kedamaian, demi pemimpin yang jujur, bertanggung jawab, dan membawa perubahan positif bagi Mappi.”

Inilah wajah hidup damai: tidak membesar-besarkan ketegangan, tetapi menyoroti upaya merawat ketenangan. Demokrasi, pada akhirnya, bukan soal siapa yang menang hari ini, melainkan apakah masyarakat tetap utuh esok hari.

Di Mappi, pemilihan kepala kampung berjalan dalam kesadaran kolektif: bahwa suara rakyat lebih berharga ketika lahir dari suasana aman. Dan di tengah rawa-rawa yang tenang itu, negara hadir—bukan sebagai penguasa, tetapi sebagai penjaga ruang damai bagi pilihan warga.

Example 300250