Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaGaya HidupNasionalPeristiwaPolkam

Menjahit Mimpi di Jantung Eropa: Ketika Tangan Indonesia Menyapa Bosnia

45
×

Menjahit Mimpi di Jantung Eropa: Ketika Tangan Indonesia Menyapa Bosnia

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

JAKARTA |LINTASTIMOR.ID)-Di antara peta dunia yang terbentang sunyi, ada satu nama yang mulai berpendar di cakrawala harapan para pencari masa depan: Bosnia dan Herzegovina. Negeri di jantung Eropa itu kini bukan sekadar titik geografis, melainkan ruang kemungkinan—tempat mimpi-mimpi pekerja Indonesia menemukan jalannya.

Langkah itu diayunkan pelan namun pasti oleh Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI). Melalui Wakil Menteri P2MI, Christina Aryani, pemerintah menjajaki peluang penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Bosnia dan Herzegovina. Sebuah ikhtiar strategis, sunyi dari hiruk-pikuk, namun sarat makna bagi masa depan tenaga kerja Indonesia di panggung global.

Example 300x600

Ini bukan tentang angka semata. Ini tentang keberanian membuka pintu baru, tentang menghadirkan pilihan yang lebih aman, lebih bermartabat, dan lebih bernilai bagi anak-anak bangsa yang mengandalkan keterampilan sebagai paspor menuju dunia.

“Setiap negara baru yang kita buka bukan sekadar pasar kerja, melainkan ruang tumbuh bagi martabat dan profesionalisme pekerja Indonesia,” demikian pesan yang mengalir dari semangat kebijakan P2MI.

Bosnia dan Herzegovina, dengan geliat sektor hospitality dan jasa yang terus berkembang, membutuhkan tangan-tangan terampil—dan Indonesia memiliki itu. Dari keahlian perhotelan, layanan pariwisata, hingga kerja-kerja jasa yang menuntut disiplin dan keramahan, SDM Indonesia hadir bukan sebagai buruh semata, melainkan sebagai mitra profesional.

Penjajakan ini menandai perubahan paradigma: migrasi kerja tidak lagi dipandang sebagai jalan terpaksa, tetapi sebagai strategi pembangunan manusia. Pemerintah tidak hanya memperluas tujuan penempatan, tetapi juga meneguhkan standar—perlindungan hukum, kepastian kerja, dan nilai tambah kompetensi.

“Kami ingin setiap PMI berangkat dengan rasa aman, pulang dengan kehormatan, dan tumbuh bersama pengalaman global,” menjadi napas kebijakan yang terus dijaga.

Di balik kebijakan dan diplomasi, ada kisah-kisah kecil yang menunggu untuk lahir: tentang keluarga di desa yang menggantungkan harapan pada satu keberangkatan; tentang doa-doa yang dipanjatkan dalam diam; tentang rindu yang ditukar dengan tekad.

Setiap peluang baru adalah harapan yang dipelihara—bagi pekerja migran yang ingin hidup lebih layak, bagi keluarga yang menanti perubahan, dan bagi negara yang membutuhkan kontribusi nyata dari warganya di luar batas teritorial.

“Migrasi yang terlindungi adalah puisi tentang keberanian—berangkat jauh tanpa kehilangan akar,” begitu kiranya makna yang ingin ditegaskan.

Ketika Indonesia melangkah ke Bosnia dan Herzegovina, yang dibawa bukan hanya tenaga kerja, melainkan etos, nilai, dan martabat bangsa. Di sanalah tangan-tangan Indonesia akan bekerja, belajar, dan membuktikan bahwa globalisasi dapat dijalani dengan kepala tegak dan hati utuh.

Dan di peta dunia yang terus berubah, satu garis baru telah ditarik—menghubungkan desa-desa Indonesia dengan Eropa, mengikat mimpi dengan kerja, serta menjahit masa depan yang lebih adil bagi para penjaga harapan negeri.

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe