LINTASTIMOR.ID – Suara dari Perbatasan untuk Dunia
TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)— Di sebuah kelas yang sederhana, jauh dari hiruk-pikuk kota besar, dua cahaya kecil dari SATP tumbuh pelan-pelan—diam, tekun, lalu tiba-tiba bersinar di panggung nasional. Di Grand Final Olimpiade Nasional English, Science, Math 2025 yang digelar Global House bekerja sama dengan Universitas Brawijaya, dua nama dari Timika kembali menggugah Indonesia: Rasman Aim dan Irson Yolemal.
Keduanya pulang membawa gelar Golden Winner Nasional, Juara 1 di bidang Matematika SMP dan IPA SD. Prestasi itu bukan sekadar gelar, melainkan gema baru dari tanah emas yang selama ini diam-diam memupuk mimpi generasi mudanya.
“Kami hanya memberi ruang. Anak-anak itu sendiri yang menyalakan api belajar dalam dirinya,” ujar Meike Paranna, pembimbing IPA SD, suaranya lembut tetapi tegas seperti seorang ibu yang menyaksikan anaknya tumbuh dengan benar.
Jejak Dua Sinar Muda dari Timika
Rasman Aim, siswa kelas 7, mengalahkan puluhan peserta dari berbagai daerah dengan ketenangan seorang pemikir muda. Setiap sore, dari Senin hingga Jumat, ia duduk menghadap angka-angka, mencoba memecahkannya satu per satu. Tidak ada sorotan kamera. Tidak ada tepuk tangan. Hanya ia, buku-buku, dan kesabarannya.
“Semoga pencapaian ini menjadi pijakan pertama, bukan puncak. Rasman harus terus belajar tanpa cepat puas,” kata Elvira Purba, pembimbing Matematika SMP, dengan senyum yang menggambarkan harapan sekaligus peringatan.
Di sisi lain, Irson Yolemal, siswa kelas 4 SD, memulai perjalanannya dari kebiasaan sederhana: membaca materi IPA sendirian di asrama. Tiga kali seminggu ia mengikuti pendampingan rutin. Selebihnya, ia memilih untuk belajar dalam hening.
“Kami berharap Irson terus menjadi anak yang haus pengetahuan. Ia sudah menunjukkan kedisiplinan jauh melampaui usianya,” tutur Meike lagi, matanya berbinar setiap kali nama Irson disebut.
Prestasi yang Tumbuh dari Ekosistem Pendidikan
Prestasi Rasman dan Irson bukan peristiwa tunggal. Data dari SATP menunjukkan:
- Intensitas pendampingan: 3—5 kali per minggu
- Jumlah siswa binaan SATP di bidang sains & matematika: 70+ siswa aktif
- Dukungan institusional: YPMKA, PT Freeport Indonesia, para guru, orang tua
- Rekor sebelumnya: SATP sudah melahirkan 12 pemenang regional dan 4 pemenang nasional dalam tiga tahun terakhir
Angka-angka itu menunjukkan bahwa prestasi bukanlah kebetulan. Ia adalah hasil dari ekosistem yang dibangun, perhatian yang diberikan, dan ruang belajar yang dirawat secara konsisten.
Suara Pemimpin: Pendidikan sebagai Jalan Panjang
Ketua Pusat Prestasi SATP, Elpianus Paat, merasa bangga sekaligus tergerak.
“Prestasi ini lahir dari kerja sama semua pihak. Rasman dan Irson adalah bukti bahwa dedikasi selalu menemukan jalannya,” ujarnya.
Kepala Sekolah SATP, Sonianto Kuddi, berbicara dengan nada lebih reflektif—seolah menyaksikan masa depan berjalan di depan matanya.
“Ini bukan hanya soal kecerdasan. Ini tentang ketekunan dan keberanian anak-anak Papua untuk bermimpi lebih tinggi. Kami berharap prestasi ini menjadi suluh bagi generasi berikutnya,” tuturnya.
Panggung Nasional, Senyum yang Tidak Bisa Disembunyikan
Pada acara penyerahan hadiah, dua bocah ini berdiri dengan mata berbinar. Ada rasa bangga yang sulit disembunyikan; rasa yang lahir bukan karena menang, tetapi karena mereka membuktikan bahwa mimpi tak pernah mengenal batas wilayah.
Sorak-sorai yang mengiringi mereka bukan sekadar selebrasi.
Ia adalah pengakuan bahwa Timika pun bisa melahirkan juara nasional—berulang kali, dengan karya yang tidak kebetulan.
Dari Timika untuk Indonesia
Rasman dan Irson telah menyalakan obor kecil itu.
Obor yang tumbuh dari ruang belajar sederhana.
Dari dedikasi para guru.
Dari dukungan lembaga dan keluarga.
Dari tanah yang jauh tetapi tidak pernah jauh dari potensi.
Dan seperti semua cahaya yang lahir dari keheningan, sinar itu kini bergerak naik—menerangi nama SATP dan menunjukkan bahwa masa depan pendidikan Indonesia juga bertumbuh kuat dari Timika.
















