Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Gaya HidupHiburan

Piche Kota Pentas Sunyi di  Kota Menado 4 Desember 2025

322
×

Piche Kota Pentas Sunyi di  Kota Menado 4 Desember 2025

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Jejak Senyap Piche Kota Menjelang Natal

JAKARTA |LINTASTIMOR.ID)-Di Manado, pada 4 Desember 2025, Piche Kota akan  hadir tanpa gegap gempita—hanya dirinya, musiknya, dan ruang yang memilih tenang.

Example 300x600

Kota Manado  dipeluk cahaya lembut. Angin pesisir menyisir sunyi, seolah kota sedang menyiapkan altar kecil bagi seorang penyanyi yang datang dari jauh. Piche Kota untuk sebuah private event perayaan Natal—bukan panggung besar, bukan konser ribut, tetapi ruang intim tempat suara bisa bicara lebih pelan namun lebih dalam.

Ia akan duduk sebentar sebelum tampil, menatap kursi-kursi yang hanya diperuntukkan bagi segelintir undangan. Ada sesuatu yang bergetar dari cara ia menghela napas: bukan gugup, melainkan kesadaran bahwa momen kecil justru sering menjadi tempat hati bekerja paling jujur.

“Kadang, musik yang paling kuat justru yang tak ditonton banyak orang,” katanya lirih, sambil merapikan jas merahnya yang memantulkan cahaya lampu. “Karena di ruang kecil, kita tidak bisa bersembunyi dari diri sendiri.”

Piche  tak hanya membawa lagu-lagu Natal dan lagu favoritnya yang membuatnya dikenal, tetapi juga membawa ingatan panjang—tentang perjalanan dari Atambua ke berbagai kota, tentang perjuangan menata nama, tentang kerinduan untuk pulang setiap kali panggung selesai.

Perayaan Natal yang ia hadiri bukan sekadar acara, melainkan semacam jeda. Sebuah ritual refleksi, tempat ia menaruh semua pertanyaan tentang perjalanan musik yang mulai mengakar dari perbatasan hingga kini menggema di banyak tempat.

Ketika ia naik ke panggung kecil itu, suasana serupa gereja masa kecilnya: hangat, sederhana, dan jujur. Suaranya mengalun, bukan sebagai selebritas—melainkan sebagai seseorang yang pernah belajar mencintai dunia dari jarak yang sulit.

“Musik selalu menjadi jalan pulang,” ucap Piche Kota  dengan nada suaranya nyaris seperti doa.

Manado malam itu akan menjadi saksi: bahwa seorang penyanyi tidak selalu memerlukan riuh untuk menjadi besar. Kadang, yang ia butuhkan hanyalah satu ruangan yang mau mendengarkan, satu momen yang meneguhkan bahwa perjalanan ini masih bernilai.

Dan Piche Kota, dalam keheningan acara Natal itu, kembali membuktikan bahwa ia tidak sekadar menyanyi. Ia menyusun makna—pelan, namun pasti—dari setiap nada yang ia bawa.

Example 300250