Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaNasionalPeristiwaPolkam

Ruas Jalan Retak, Malam yang Panjang di Parbotihan

299
×

Ruas Jalan Retak, Malam yang Panjang di Parbotihan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 PARBOTIHAN |LINTASTIMOR.ID)-Hujan di Parbotihan tak lagi sekadar air yang turun dari langit—ia berubah menjadi pertanda. Pertanda bahwa tanah yang selama ini diam dan sabar, akhirnya bergerak. Dan Rabu malam, 26 November 2025, tanah itu memilih berbicara.

Ruas jalan yang menghubungkan Parbotihan–Onan Ganjang ambles, merekah seperti lembaran buku yang dibelah paksa. Dari kejauhan, retakan itu terlihat seperti luka baru di tubuh Humbang Hasundutan—menganga, rapuh, dan menyisakan kecemasan yang merayap pelan.

Example 300x600

Sejak seminggu hujan tak berhenti, kami tidur pun tak nyenyak. Tanah ini seperti bernapas pelan-pelan, lalu tiba-tiba runtuh,
ujar seorang warga yang berdiri di tepi jalan, memandangi tanah yang pecah.

Material longsor menyeret tiang listrik, menjatuhkan kabel-kabel yang kini melintang sembarangan, seperti urat-urat halus yang terputus. Akses Dolok Sanggul–Pakkat pun sementara mati, sepi, dan tak lagi bisa dilalui. Beberapa titik gelap—bukan karena malam, melainkan listrik yang padam oleh tanah yang berubah tabiat.

Hujan tak menunjukkan tanda-tanda kapok. Ia datang lagi, turun lagi, dan mengguyur desa tanpa jeda. Langit seperti menyimpan murka yang pelan-pelan ditumpahkan ke bumi.

Di antara kegelapan dan suara air yang menghantam tanah, warga hanya bisa menduga-duga: apakah retakan ini akan berhenti di sini? Atau akan menjalar lebih jauh, lebih dalam?

Kami hanya berharap pemerintah cepat datang. Bukan untuk kami sepenuhnya—tapi untuk jalan ini, untuk listrik ini, untuk semua yang masih bisa diselamatkan,
kata seorang ibu, suaranya tenggelam oleh deru hujan.

BPBD dan pemerintah daerah disebut-sebut sedang bersiap, tapi waktu bergerak lambat bagi warga yang semalaman berjaga. Setiap suara kecil dari arah lereng terasa seperti ancaman baru; setiap gemeretak tanah menyalakan kembali rasa takut yang belum sempat padam.

Dalam analitik bencana, longsor seperti ini sering kali merupakan akumulasi: curah hujan tinggi, struktur tanah yang jenuh air, wilayah lereng yang terjal, dan saluran air yang tak mampu menahan beban. Namun di lapangan, angka dan data berubah menjadi kecemasan yang bermata, berdetak, dan punya nama.

Parbotihan malam itu bukan sekadar titik di peta bencana. Ia adalah cerita tentang manusia yang bertahan di tengah suara tanah yang mulai rapuh.

Sampai penanganan tiba, masyarakat harus mencari jalur lain—jalan yang lebih aman, lebih teduh, lebih yakin tidak runtuh kapan saja. Karena cuaca masih murung, dan langit belum sepenuhnya mengembalikan ketenangannya.

Humbang Hasundutan masih menunggu pagi. Menunggu hujan berhenti. Menunggu tanah menutup kisahnya. Menunggu kabar bahwa longsor ini hanya satu malam yang buruk—bukan awal dari serangkaian bencana baru.

Dan di balik semua itu, ada harapan yang pelan-pelan menyala, seperti lampu yang sedang menunggu listrik kembali menyala.

Example 300250