Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
BeritaKabupaten MimikaNasionalTeknologi

Di Ambang Gerbang Baru: Gelisah, Harapan, dan Janji di Balik Tes CPNS Khusus AMOR

66
×

Di Ambang Gerbang Baru: Gelisah, Harapan, dan Janji di Balik Tes CPNS Khusus AMOR

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di Mimika, waktu terasa seperti berdetak lebih keras bagi ratusan anak muda Amungme dan Kamoro yang menunggu panggilan sejarah. Di antara kerisauan dan harapan, tersimpan janji sebuah keberpihakan.

TIMIKA |LINTASTIMOR.ID)-Hening yang menggantung di banyak rumah di Mimika beberapa bulan terakhir bukan sekadar soal menunggu. Ia adalah bentuk kegelisahan yang dipelihara oleh mimpi—mimpi tentang masa depan yang lebih setara bagi Orang Asli Papua, khususnya generasi Amungme dan Kamoro.

Example 300x600

Di meja-meja kecil rumah honai modern, di teras-teras yang menghadap lembah dan rawa, para calon peserta tes CPNS Kuota Khusus AMOR duduk menatap buku catatan yang sudah mulai lusuh.

Di sudut halaman, coretan rumus dan catatan ujian CAT yang pernah dipelajari perlahan memudar, sama seperti ketenangan mereka.

Dalam suasana itulah, Bupati Mimika, Johannes Rettob, mencoba meredakan resah dan memastikan bahwa pintu kesempatan itu benar-benar dibuka.
“Tahun 2025 ini sudah saya umumkan: kuota khusus CPNS untuk anak-anak Amungme–Kamoro sebesar 80 persen,” ujarnya, tegas namun seolah menyentuh kegundahan warganya.
“Dan 20 persen untuk putra-putri yang lahir dan besar di Timika.”

Kebijakan afirmasi ini bukan sekadar regulasi administratif. Ia berada di persimpangan antara sejarah panjang marginalisasi dan usaha baru untuk menegakkan keadilan sosial. Rettob menyebut bahwa seluruh proses kini memasuki tahap finalisasi regulasi bersama pemerintah pusat. Peraturan Bupati sebagai pondasi pelaksanaan kuota khusus telah disiapkan—sebuah instrumen kebijakan yang, bagi banyak anak muda Mimika, berarti lebih dari sekadar dokumen hukum.

“Formasi jabatan sudah kami ajukan ke Kementerian PAN-RB dan Perbup juga sudah selesai,” kata Rettob.
“Minggu depan akan dibahas bersama BKN. Yang pasti tidak akan melewati tahun 2025.”

Namun waktu bukanlah garis lurus. Bupati tak menutup kemungkinan pemberkasan peserta yang lolos akan menyeberang hingga 2026. Sebuah proyeksi yang tak mengurangi ketidakpastian, tetapi setidaknya memberi arah.

Di kampung dan kota, percakapan warga mengarah pada satu tema: rasa takut lupa materi. Simulasi CAT terakhir sudah terasa jauh di belakang, sementara jadwal tes tak kunjung jatuh dari pusat.

Rettob memahami kegelisahan itu.
“Anak-anak kita Amungme Kamoro ini gelisah, takut lupa karena simulasi sudah lama,” tuturnya, lirih namun jujur.
“Tetapi lama atau cepat bukan tergantung kami di Pemkab Mimika. Kita menunggu jadwal resmi dari BKN dan Kemenpan-RB.”

Kuota yang tersedia hanya 219 formasi. Jumlah peserta? Diperkirakan mencapai 600 orang.
Jika hidup adalah lomba, maka kompetisi ini bukan sekadar soal lulus atau tidak lulus. Ini tentang kesempatan pertama yang diberikan negara secara formal kepada mereka yang selama ini menunggu di pinggir garis sejarah.

Namun Rettob memilih menekankan persiapan, bukan kecemasan.
“Yang penting sekarang mereka siapkan diri. Tes CPNS ini akan dilaksanakan dalam waktu dekat,” pungkasnya.

Dan di Mimika, malam-malam kembali menjadi ruang meditasi. Buku-buku ujian dibuka ulang. Doa-doa dipanjatkan.

Karena bagi ratusan anak muda dari lembah dan pesisir itu, tes CPNS AMOR bukan sekadar rekrutmen ASN. Ia adalah jalan menuju martabat, menuju ruang di mana nama Amungme dan Kamoro tidak hanya tercatat dalam sejarah tanah mereka, tetapi juga dalam struktur negara yang mereka bela.

Sebuah perjalanan panjang yang kini berada di ambang gerbang baru—tempat harapan dan kegelisahan berpelukan erat.

Example 300250