Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Hukum & KriminalNasionalPeristiwa

Akhir Perjalanan Komandan Semut Merah

94
×

Akhir Perjalanan Komandan Semut Merah

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

YAHUKIMO |LINTASIMOR.ID) — Malam di Dekai baru saja jatuh ketika suara langkah bersenjata memecah keheningan.

Di antara kabut pegunungan dan aroma tanah basah, pasukan Satgas Operasi Damai Cartenz melangkah cepat menuju sebuah titik di Jalan Baliem, Jalur 1.

Example 300x600

Di sana, dua warga sipil ditemukan bersimbah darah—dan dari sanalah pengejaran dimulai.

Korban, Bernior Telena (36) dan Soleman Ilu (30), tak tahu bahwa sore itu akan berubah menjadi malam penuh luka. Mereka diserang oleh seseorang yang menamakan dirinya Lipet Sobolim, sosok yang sudah lama menghantui wilayah Yahukimo. Ia dikenal pula dengan nama lain: Cocor Sobolim atau Junior Bocor Sobolim—identitas yang terus berganti seiring upaya meloloskan diri dari kejaran hukum.

Begitu laporan pembacokan masuk, tim gabungan Satgas Damai Cartenz, Polres Yahukimo, dan Brimob Polda Papua langsung bergerak. Pencarian berlangsung cepat. Sekitar pukul 19.55 WIT, jejak pelaku ditemukan. Dalam kontak singkat yang tak terelakkan, Sobolim dilumpuhkan. Ia sempat dibawa ke RSUD Dekai, namun dinyatakan meninggal dunia saat tiba di instalasi gawat darurat.

“Penegakan hukum terhadap pelaku bersenjata dilakukan secara tegas dan terukur,”
ujar Kaops Damai Cartenz Brigjen Pol. Dr. Faizal Ramadhani, yang sejak awal memimpin operasi di wilayah pegunungan tengah Papua itu.
“Lipet Sobolim merupakan komandan batalyon Semut Merah yang aktif melakukan berbagai aksi kekerasan terhadap masyarakat sipil dan aparat. Kami ingin masyarakat Yahukimo bisa hidup tanpa rasa takut.”

Nama Lipet Sobolim bukan nama asing dalam catatan hitam keamanan Papua. Ia disebut terlibat dalam berbagai rentetan kekerasan di wilayah Pegunungan Bintang dan Yahukimo.

  • 27 Agustus 2023, menyerang pekerja tambang ilegal di Kampung Kawe Mining 63, Distrik Awibom — dua tewas, lima luka-luka.
  • 27 Desember 2023, membunuh pekerja tambang bernama Anas di Camp 33, Kawe.
  • 9 April 2025, kembali menewaskan pekerja tambang, Ariston Kamma, di lokasi yang sama.

Selama bertahun-tahun, Sobolim hidup di antara celah-celah hutan lebat dan sungai panjang Yahukimo. Ia berpindah dari satu kamp ke kamp lain, memimpin kelompok kecil yang disebut “Batalyon Semut Merah” — simbol perlawanan yang ia banggakan. Namun di balik nama itu, banyak keluarga kehilangan ayah, anak, dan saudara.

“Begitu laporan pembacokan diterima, tim langsung merespons cepat di lapangan,”
kata Wakaops Damai Cartenz Kombes Pol. Adarma Sinaga.
“Dalam waktu kurang dari dua jam, pelaku berhasil dilumpuhkan. Ini menunjukkan kesiapsiagaan personel di lapangan untuk melindungi masyarakat dari ancaman KKB.”

Kini, dua korban sipil yang menjadi awal perburuan itu dalam kondisi stabil di RSUD Dekai. Aparat memperketat penjagaan di sejumlah titik rawan, mengantisipasi potensi aksi balasan dari sisa kelompok Sobolim.

Brigjen Faizal menutup pernyataannya dengan nada tenang, namun tegas:

“Kami imbau masyarakat tetap tenang dan segera melapor jika mengetahui keberadaan kelompok bersenjata. Aparat keamanan akan terus hadir menjaga Papua agar damai bukan hanya nama, tapi kenyataan.”

Dan malam pun kembali tenang di Dekai.
Hanya suara hujan di atap pos yang tersisa, seolah bumi Yahukimo turut menghapus jejak langkah terakhir seorang yang pernah menamakan dirinya Komandan Semut Merah.


 

Example 300250
Berita

  ATAMBUA |LINTASTIMOR.ID)-Dari balik tembok Gedung Wanita Betelalenok,…