SINGAPUR | LINTASTIMOR.ID – Dalam balutan kain Sumba bermotif indah, langkahnya menuju Jakarta bukan sekadar perjalanan pulang, tetapi perjalanan pulang menuju mimpi. Rita Uru Hida, gadis asal Tanarara, Kecamatan Matawai La Pau, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Indonesia, akan diwisuda bersama mahasiswa lain oleh Rektor Universitas Terbuka (UT), Prof. Dr. Ali Muktiyanto, S.E., M.Si.
Sidang Rapat Senat Luar Biasa ini akan digelar pada 28 Oktober 2025 di Kampus UT Jakarta.
“Saya menukar waktu dan tenaga bukan untuk kaya, tapi untuk menggapai cita-cita,” ujar Rita perlahan, menahan haru yang bergetar di suaranya.
Perjuangan Seorang Anak Negeri Timur
Gadis Sumba Timur ini akan mendapat gelar akademik Sarjana Hukum (S.H.), gelar yang memancarkan pesona dari hati dermawan dan otak yang cerdas. Dunia mengenalnya sebagai pejuang yang pernah berjuang di Singapura, namun pada tanggal 28 Oktober ini, ia akan dikenal sebagai sarjana hukum yang berprestasi.
Kelulusan ini bukan hanya milik Rita, tetapi juga hadiah untuk tanah kelahiran dan warisan leluhurnya. Dalam balutan keanggunan dan motif indah kain Sumba—simbol kegigihan dan identitas yang kuat—Rita membuktikan bahwa perempuan Sumba tidak hanya cantik rupa dan anggun budayanya, tetapi juga tangguh dalam meraih ilmu tertinggi.
Dari Peluh Singapura ke Podium Sarjana
Bukan hanya kisah tentang seorang wanita yang meraih gelar Sarjana Hukum, ini adalah kisah tentang hati, keteguhan, dan janji yang ditepati. Inilah perjalanan Rita Uru Hida, yang pada tanggal 28 Oktober ini akan melangkah di Jakarta—bukan lagi sebagai pekerja rumah tangga dari Singapura, tetapi sebagai seorang akademisi hukum yang dihiasi kecerdasan, kebaikan, dan kemuliaan hati.
Selama bertahun-tahun di negeri orang, Rambu Rita tak hanya menukar waktu dan tenaganya dengan upah. Ia menukar setiap tetes keringatnya dengan impian yang lebih besar: pendidikan. Ia menabung bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk membantu keluarga dan mereka yang kurang beruntung—bukti bahwa kecantikan sejati terpancar dari kedermawanan. Dalam keterbatasan, ia tetap mengulurkan tangan, menjadikannya Pahlawan Devisa yang berhati emas.
Toga, Air Mata, dan Janji yang Ditepati
Perjalanan studinya penuh tantangan, memadukan tanggung jawab kerja dengan tumpukan buku dan pasal-pasal hukum yang rumit. Namun kecerdasannya membimbingnya, dan pada akhirnya, tekadnya membawanya ke garis akhir yang mulia.
Tanggal 28 Oktober ini, saat toga Sarjana Hukum disematkan, itu bukan hanya sekadar pencapaian akademis. Itu adalah simbol kemenangan atas prasangka, pelunasan janji kepada diri sendiri, dan penegasan bahwa tidak ada takdir yang tidak bisa dilawan oleh hati yang tulus dan otak yang cerdas.
“Saya ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi,” ucapnya dengan senyum yang lembut.
Rambu Rita, Cahaya dari Timur
Rita Uru Hida adalah inspirasi sejati: ia mengajarkan bahwa sumber kekayaan terbesar bukanlah materi, melainkan hati yang dermawan dan semangat yang haus akan ilmu.
Selamat atas gelarmu, Rambu Rita!
Semoga ilmu dan kebaikanmu menjadi lentera bagi banyak orang.