Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Hukum & KriminalNasionalPeristiwa

75 Hari Menanti Keadilan Prada Lucky Namo

246
×

75 Hari Menanti Keadilan Prada Lucky Namo

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] – Tujuh puluh lima hari sudah berlalu sejak Prada Lucky Chepril Saputra Namo menghembuskan napas terakhirnya. Namun, di tengah waktu yang terus berjalan, proses hukum atas kasus penyiksaan yang menewaskannya masih belum juga menemukan titik terang.

Ayah almarhum, Pelda Christian Namo, menyimpan luka yang tak kunjung kering. Dalam suaranya yang berat, ia menggugat diamnya keadilan.

Example 300x600

“Dimanakah arti sebuah keadilan?” ujarnya lirih. “Hari ini sudah 75 hari, tapi sidang pengadilan militer Kupang belum juga dimulai. Unsur hukum mana yang belum terpenuhi, sehingga prosesnya begitu lama?”

Menurut keterangan keluarga, sebelum meninggal dunia, Lucky diduga mengalami penyiksaan bertubi-tubi oleh sejumlah seniornya di lingkungan militer. Catatan alat bukti yang diterima keluarga menggambarkan kekejaman yang nyaris tak dapat dipercaya — sebuah deret panjang alat penyiksa yang kini menjadi saksi bisu kegetiran: tangan kosong, sepatu PDL, selang, kabel listrik, antena TV, karet vanbelt, hanger besi, bahkan cabai dan air garam bercampur jeruk nipis.

Dalam catatan itu, disebut pula bagaimana tubuh Lucky dan rekannya Prada Richad diperlakukan tidak manusiawi — disuruh telanjang, disiram air satu ember perlahan-lahan, disundut api rokok, dan dipaksa mengakui perbuatan yang tak pernah mereka lakukan.
Penyiksaan itu, menurut keluarga, berlangsung selama lima hari berturut-turut, sejak 27 hingga 31 Juli.

Kini, Prada Richad — satu-satunya korban yang masih hidup — masih berjuang memulihkan diri. Tubuhnya menyimpan luka, tapi batinnya menyimpan trauma yang jauh lebih dalam.
“Setiap kali mendengar suara sepatu tempur, dia ketakutan,” kata seorang kerabat pelan.

Di sisi lain, sang ayah terus berdiri tegak di tengah gelap. Ia tahu, anaknya telah tiada. Namun yang ia perjuangkan kini adalah keadilan — agar nama baik dan kemanusiaan anaknya tidak terkubur bersama jasadnya.

“Saya tidak menuntut lebih,” ucapnya dengan nada tenang namun tegas. “Saya hanya ingin keadilan ditegakkan. Agar tidak ada lagi Lucky-Lucky lain di negeri ini.”

Di antara aroma dupa di pusara dan berkas laporan yang menumpuk di meja hukum, nama Prada Lucky Chepril Saputra Namo kini menjadi panggilan nurani — tanda tanya besar tentang makna keadilan di tanah air yang ia bela hingga akhir hayat.

Example 300250