Scroll untuk baca artikel
Bupati  mimika
Example 728x250
Hukum & KriminalKabupaten MimikaNasional

Luka Soanggama, Duka yang Menyelimuti Intan Jaya

191
×

Luka Soanggama, Duka yang Menyelimuti Intan Jaya

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

INTAN JAYA, [LINTASTIMOR.ID] – Kabut pagi di Kampung Soanggama belum sepenuhnya sirna, namun aroma duka telah lebih dulu menyelimuti tanah itu. Dentuman senjata yang pecah pada Senin (14/10) meninggalkan jejak pilu: lima belas nyawa melayang, sebagian adalah warga sipil yang tak pernah mengira hidupnya akan berakhir di tengah operasi penegakan hukum.

Konflik bersenjata di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, kembali menorehkan luka mendalam bagi kemanusiaan. Ketua Tim Penanganan Konflik Bersenjata Intan Jaya, Yoakim Mujizau, turun langsung bersama timnya ke lokasi setelah menerima kabar tragis itu. Dari sana, ia membawa pulang cerita getir yang tak mudah dicerna oleh hati.

Example 300x600

“Dari hasil identifikasi kami, korban berjumlah 15 orang. Tidak semuanya anggota OPM. Ada masyarakat sipil, seorang mono yang biasa berkeliling kampung, bahkan seorang ibu rumah tangga yang meninggal karena ketakutan saat berlari menyelamatkan diri,” tutur Yoakim dengan suara lirih, menahan sesak yang tak bisa disembunyikan.

Yoakim menuturkan, salah satu korban, Agus Kogoya, merupakan warga biasa. Ia tewas karena kesalahan identifikasi. “Di Kampung Soanggama ada dua orang bernama Agus Kogoya. Setelah aparat melihat KTP, mereka langsung menembak tanpa tahu bahwa yang ditembak itu bukan anggota OPM,” ujarnya.

Selain Agus, tercatat Pisen Kogoya, Sepi Lawiya, dan Agopani Kobogau, seorang mono asal Kampung Gepelo, juga menjadi korban. Sementara seorang ibu rumah tangga meninggal dunia setelah terjatuh dari jembatan saat melarikan diri ke hutan, tubuhnya kemudian ditemukan di Kali Wuisiga.

Dari keterangan warga, dua korban dimakamkan di depan Gereja Protestan Dusun Soanggama, enam di Dusun Dusandigi, sementara jasad enam lainnya belum ditemukan. “Kami masih berupaya menelusuri informasi soal keberadaan jenazah-jenazah itu. Hingga kini belum ada kejelasan apakah mereka warga sipil atau anggota OPM,” jelas Yoakim.

Di tengah suasana berkabung, Yoakim menyampaikan pesan tegas kepada aparat yang bertugas agar mengedepankan pendekatan humanis.

“Penegakan hukum yang tidak terukur membuat rakyat hidup dalam ketakutan. Mereka tidak bisa berkebun, tidak bisa beraktivitas, karena trauma yang tak kunjung reda,” ucapnya lirih, seolah berbicara kepada langit yang muram.

Ia juga meminta agar aparat tidak menjarah barang milik warga. “Parang, kampak, sengsor, busur, dan panah bukan alat perang bagi masyarakat Papua pegunungan, melainkan alat untuk bertahan hidup. Tanpa itu, mereka tidak bisa berkebun dan makan,” katanya mengingatkan.

Sejak Februari hingga Oktober 2025, konflik di Intan Jaya telah merenggut sedikitnya 51 nyawa — gabungan dari warga sipil, aparat keamanan, dan anggota TPNPB-OPM. Angka itu belum termasuk korban luka dan para pengungsi yang meninggalkan rumah demi selamat.

Atas nama kemanusiaan, Yoakim menyerukan jeda damai.

“Kami memohon, baik kepada aparat keamanan maupun TPNPB-OPM, agar menahan diri. Berilah ruang bagi masyarakat untuk bernapas tanpa rasa takut, agar tanah Intan Jaya ini kembali menjadi rumah, bukan ladang maut,” ujarnya penuh harap.

Pemerintah Daerah Intan Jaya melalui Tim Mediasi Penanganan Konflik menyampaikan dukacita mendalam atas gugurnya para korban — warga sipil, aparat keamanan, maupun anggota TPNPB-OPM.

Duka Soanggama adalah duka seluruh Papua.
Di antara suara senjata yang menggema di lembah-lembah, masih ada suara lirih manusia yang berdoa: agar kelak, bumi Cenderawasih benar-benar menjadi tanah damai, bukan tanah air mata.

Example 300250