KUPANG |LILTASTIMOR.ID) – Ibadah Syukur HUT ke-139 Jemaat GMIT Maranatha Oebufu, Minggu (24/8), menjelma bukan sekadar perayaan usia gereja, melainkan juga panggilan rohani untuk menyalakan kembali suluh iman di tengah masyarakat. Di hadapan jemaat yang memenuhi gedung kebaktian, Wakil Wali Kota Kupang, Serena C. Francis, S.Sos., M.Sc., hadir menyampaikan pesan kasih yang sejuk, sekaligus pengingat bahwa gereja terpanggil menjadi garam dan terang dunia.
Turut hadir dalam perayaan sakral itu, Bendahara Sinode GMIT Yefta Sanam, Ketua Majelis Klasis Kota Kupang Timur Pdt. Mercy Paula Kapioru-Pattikawa, S.Th., Ketua Majelis Jemaat Pdt. Yusuf Nakmofa, S.Th., para pendeta GMIT se-Klasis Kota Kupang Timur, presbiter, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta ribuan jemaat yang larut dalam syukur.
Kilau Refleksi dalam Untaian Syukur
Dalam sambutannya, Serena Francis menegaskan bahwa 139 tahun perjalanan Jemaat Maranatha Oebufu adalah sebuah kisah panjang iman, pengorbanan, dan cinta kasih.
“Ulang tahun ini bukan sekadar penanda waktu, tetapi refleksi atas perjalanan panjang dalam kesetiaan melayani, bertumbuh dalam iman, serta menghadirkan terang Kristus. Seratus tiga puluh sembilan tahun bukan waktu singkat, ada pengorbanan, perjuangan, bahkan air mata di dalamnya,” ungkapnya penuh haru.
Ia memberi apresiasi mendalam kepada para pendeta, majelis jemaat, hingga kaum muda yang setia berkarya dalam paduan suara, pelayanan, dan kegiatan sosial. Baginya, pemuda jemaat adalah aset berharga, generasi penerus yang menyalakan bara harapan Kota Kupang.
Gereja dan Tantangan Zaman
Serena juga menyinggung derasnya arus globalisasi dan media sosial yang tak jarang melahirkan kecemasan hingga luka batin. Ia menyoroti kasus bunuh diri yang masih tinggi di Kota Kupang, seraya berharap gereja menjadi rumah yang aman dan teduh.
“Fenomena ini nyata, bahkan di kota kita. Karena itu, gereja harus menjadi rumah yang ramah, tempat bersandar, sekaligus ruang yang peduli pada kesehatan mental umat,” katanya lirih, seolah mengetuk hati setiap pendengar.
Selain pesan rohani, Wakil Wali Kota menyinggung program strategis Pemerintah Kota Kupang: penyediaan dana darurat Rp3 miliar di RSUD S.K. Lerik, penguatan ekonomi kerakyatan lewat UMKM, hingga revitalisasi Taman Nostalgia dan program Sunday Market “Saboak Koepan” sebagai ruang ekonomi kreatif warga.
Jemaat yang Bertumbuh, Gereja yang Berbuah
Ketua Majelis Jemaat, Pdt. Yusuf Nakmofa, menegaskan bahwa ibadah syukur kali ini bukan hanya napak tilas sejarah sejak 1886, tetapi juga momentum membangun masa depan. Pembangunan pastori baru pun ditandai dengan peletakan batu pertama, sebuah simbol kokoh bahwa pelayanan harus terus berakar dan bertumbuh.
“Modal utama kita adalah persekutuan. Dengan semangat kebersamaan, kita yakin Tuhan berjalan bersama kita,” ujarnya mantap.
Sementara itu, Ketua Panitia Stef Manongga menekankan tema perayaan yang diambil dari Ibrani 10:24: “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” Menurutnya, tema ini mengajarkan bahwa jemaat bukan hanya beribadah dalam gedung, tetapi juga menyalakan kasih dalam tindakan nyata.
Laporan panitia mencatat, pameran UMKM jemaat melibatkan 26 pelaku usaha dengan perputaran uang Rp42,8 juta dalam tiga hari. Berbagai kegiatan meriah turut digelar: futsal antarpos pelayanan, lomba kreatif, jalan sehat sambil memungut sampah, hingga acara untuk anak-anak dan kaum ibu.
Menjadi Garam dan Terang
Di ujung perayaan, Wakil Wali Kota Kupang kembali menyematkan doa dan harapannya agar Jemaat GMIT Maranatha Oebufu terus bersinar, memberi rasa, dan menjadi berkat nyata bagi sesama.
“Langkah-langkah ini mungkin kecil dan belum sempurna, tetapi dari hal-hal kecil itulah harapan tumbuh. Sebab pada dasarnya, pemerintah adalah melayani. Kiranya Tuhan senantiasa memberkati jemaat ini agar terus menjadi terang di tengah dunia,” pungkasnya.