TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] – Dari balik dinding Hall Room Hotel Cenderawasih 66, suara seorang tokoh adat menggema, mengalun seperti doa yang dititipkan kepada generasi penerus. John Magal, Ketua Lembaga Masyarakat Adat (Lemasa), menyampaikan keresahannya: tentang anak-anak Mimika yang masih berjalan tertatih mengejar cahaya pendidikan.
“Kalau tidak kita bangun pendidikan dasar, anak-anak kita akan ketinggalan jauh,” ucap John dengan nada tegas, namun penuh kepedulian.
Dalam Musrenbang RPJMD, Rabu (20/8/2025), ia tidak sekadar berbicara angka atau program. Yang ia bawa adalah wajah-wajah anak pedalaman, suara-suara kecil dari Amungme dan Kamoro yang terperangkap jarak, kemiskinan, dan keterbatasan.
John mengisahkan bagaimana Lemasa sudah merangkul mereka yang putus sekolah bahkan yang tak pernah mengenal bangku belajar. “Sekarang sudah sampai 200-an anak. Perkembangannya bagus, dan ini tanda bahwa harapan itu masih hidup,” katanya, mata seakan menatap jauh ke kampung-kampung di pegunungan dan pesisir.
Bagi John, pendidikan dasar ibarat fondasi rumah yang kokoh. Tanpa itu, dinding pengetahuan akan mudah runtuh, dan anak-anak Mimika akan terus berada di pinggir jalan sejarah. Karena itu, ia menyerukan kolaborasi: pemerintah daerah jangan berjalan sendiri, tetapi merangkul lembaga-lembaga lokal yang sudah lama berjuang di lapangan.
“Mari kita bangun pendidikan lokal. Mari kita satukan langkah. Karena di sana ada masa depan, ada cahaya bagi anak-anak kita,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Suara John Magal hari itu bukan sekadar kritik, melainkan undangan untuk bermimpi bersama. Tentang sebuah Mimika yang tidak lagi dikenal karena tambang semata, melainkan karena anak-anaknya mampu berdiri sejajar di panggung dunia, membawa nama tanah ini dengan kebanggaan dan cahaya ilmu pengetahuan.