JAKARTA, [LINTASTIMOR.ID] – Senyum tenang itu terpahat di wajah Bianca Alessia Christabella Lantang saat melangkah mantap di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (17/8/2025). Di kedua tangannya terhampar baki biru berhias lambang garuda, tempat Sang Saka Merah Putih akan dikibarkan di langit ibu kota pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia.
Bagi Bianca, siswi SMA Lentera Harapan Tomohon, Sulawesi Utara, menjadi pembawa baki dalam Upacara Detik-Detik Proklamasi adalah sebuah anugerah yang tak ternilai. “Saya senang dan bangga bisa bertahan hingga titik ini. Semua karena penyertaan Tuhan,” ungkapnya lirih penuh rasa syukur.
Terpilihnya Bianca sebagai pembawa baki menempatkannya di pusat perhatian publik. Sosok pembawa baki selalu dianggap istimewa: dialah yang memegang simbol sakral persatuan bangsa. Dari 76 anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional 2025—perwakilan 38 provinsi di Indonesia—Bianca dipercaya mengemban tugas yang paling sarat makna.
Lahir di Tomohon pada 28 Februari 2009, Bianca kini berusia 16 tahun. Ia adalah putri dari pasangan Fransiskus Ferdinand Lantang dan Fike Felda Rondonuwu. Kota kelahirannya, yang terletak di kaki Gunung Lokon, seakan ikut mengiringi langkahnya menuju panggung sejarah di ibu kota negara.
Perjalanan Bianca menuju Istana bukanlah perkara mudah. Dari seleksi tingkat kota, provinsi, hingga nasional, ia melewati tahap demi tahap yang menguji disiplin, fisik, dan mental. “Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mempercayai dan mendampingi saya sejak awal,” ucapnya penuh hormat.
Dukungan pun mengalir deras dari Pemerintah Kota Tomohon, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, hingga para pelatih dan panitia seleksi di berbagai tingkatan. Bagi Bianca, keberhasilan ini bukan hanya pencapaian pribadi, melainkan juga kebanggaan bersama daerah asalnya.
Di luar perannya sebagai calon paskibraka, Bianca juga dikenal sebagai atlet voli. Jiwa kompetitif dan semangat juangnya di lapangan olahraga menjadi bekal penting untuk menembus ketatnya seleksi Paskibraka Nasional.
Dan kini, di hadapan bangsa, ia berdiri tegak, membawa baki Sang Saka Merah Putih. Di balik seragam putih-putihnya, tersimpan keyakinan seorang remaja dari kota kecil di Sulawesi Utara: bahwa cinta tanah air bisa diwujudkan dengan ketulusan langkah dan kesetiaan menjaga makna bendera pusaka.