Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BeritaKabupaten MimikaNasionalPeristiwaPolkam

Doa dan Harapan di Langit Mimika: Ribuan Warga Larut dalam KKR Akbar Sambut HUT ke-80 RI

64
×

Doa dan Harapan di Langit Mimika: Ribuan Warga Larut dalam KKR Akbar Sambut HUT ke-80 RI

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

TIMIKA, [LINTASTIMOR.ID] — Di bawah langit senja yang menggelayut lembut di atas Gedung Eme Neme Yauware, ribuan warga Mimika berkumpul. Mereka datang dari berbagai penjuru, dari kampung-kampung di tepi rawa hingga lorong-lorong kota, membawa hati yang siap bersyukur dan berdoa. Di panggung yang berhias merah-putih, lantunan pujian dan pengharapan membubung, seakan hendak menyentuh langit Papua Tengah.

Kamis, 14 Agustus 2025, Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat menggelar Kebangkitan Kebangunan Rohani (KKR) akbar bertema “Berdoa dan Bekerja”.

Example 300x600

Sebuah momentum yang bukan sekadar seremoni keagamaan, tetapi jembatan batin antara nilai perjuangan para pahlawan dan cita-cita membangun Gerbang Emas Mimika.

Bupati Mimika, Johannes Rettob, berdiri di hadapan lautan manusia, didampingi Wakil Bupati Emanuel Kemong.

Dengan suara yang tenang namun penuh penekanan, ia mengingatkan bahwa kemajuan bukan hanya soal kerja keras, tetapi juga kesetiaan untuk berserah.
“Tema kita menegaskan bahwa doa dan kerja tak dapat dipisahkan. Kemajuan bangsa lahir dari keringat dan air mata yang dinaikkan dalam doa yang tulus,” ujarnya.

Ia pun menitipkan pesan sederhana, namun dalam makna: jangan pernah jauh dari Tuhan, apalagi saat berada di puncak keberhasilan.
“Mimika adalah rumah kita. Mari kita jaga seperti keluarga sendiri — saling menghormati, saling menguatkan, dan bersama membangun masa depan yang berkelanjutan,” tegasnya.

Sore itu, pengkhotbah utama Pdt. Yandi Manobi membakar semangat hadirin. Dengan nada yang bergema, ia berkata bahwa damai sejahtera adalah tanda kerajaan yang membawa kebaikan bagi umat manusia.

“Rapatkan barisan untuk mewujudkan Gerbang Emas Mimika! Hujan mengajarkan kita berteriak lebih keras. Suara kenabian harus lantang, sebab perkembangan zaman tak menunggu kita siap,” serunya, disambut tepukan dan sorak jemaat.

Ia mengajak semua yang hadir memahami bahwa setiap musim kehidupan telah diatur dalam rencana Tuhan — dari kemarau yang menguji hingga hujan yang menyuburkan.
“Kebaikan sejati tak jarang lahir dari pengorbanan dan kepahitan, sebagaimana kasih orang tua yang mendisiplinkan anak demi kebaikannya,” katanya.

Di antara alunan musik rohani yang menggetarkan dada, pesan itu meresap: jangan menukar kepercayaan demi keuntungan sesaat, jangan membiarkan waktu terbuang tanpa arti.
“Doa bukan sekadar kata-kata, tetapi relasi yang hidup dengan Sang Pencipta. Semakin dekat kita pada Tuhan, semakin dekat pula kita pada sesama,” tutup Pdt. Yandi, sebelum ribuan tangan terangkat ke langit, mengirimkan doa-doa panjang untuk Mimika, untuk Papua,

Example 300250
Penulis: Redaksi Lintastimor.idEditor: Agustinus Bobe