BAJAWA |LINTASTIMOR.ID)— Sebanyak 24 mahasiswa Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Flores Bajawa, Nusa Tenggara Timur, menjalani program magang internasional di Israel. Mereka terlibat dalam kerja lapangan selama dua tahun, dengan fokus pada pertanian modern di kawasan Arava, wilayah selatan Israel.
Dari jumlah tersebut, 15 mahasiswa telah kembali ke Indonesia pada 20 Juli 2025, setelah menyelesaikan masa magang selama 11 bulan sejak Agustus 2024. Sementara itu, sembilan mahasiswa lainnya dijadwalkan bertolak ke Israel secara bertahap mulai 28 Juli 2025.
Ketua Stiper Flores Bajawa, Nicolaus Noywuli, menjelaskan bahwa program ini merupakan hasil kerja sama dengan Arava International Center of Agriculture Training. Mahasiswa mendapatkan pelatihan intensif mengenai pengelolaan pertanian sayuran dan buah-buahan dengan teknologi irigasi modern yang dikembangkan di Israel.
“Lewat program ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi langsung terlibat dalam praktik di lahan-lahan pertanian yang dikelola secara profesional. Harapannya, mereka dapat membawa pulang pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk diterapkan di daerah asal mereka, terutama dalam menjawab tantangan pertanian di wilayah timur Indonesia,” ujar Nicolaus.
Ia menambahkan, teknologi yang dipelajari mencakup sistem irigasi tetes, pemupukan terintegrasi, hingga pemanfaatan data cuaca dalam pengambilan keputusan pertanian. Semua ini diharapkan menjadi bekal berharga dalam mewujudkan pertanian berkelanjutan di Flores dan sekitarnya.
Panen Pelajaran dan Kerinduan
Salah satu peserta, Maria Yuliana Doi, tak kuasa menahan haru saat tiba kembali di Bandara El Tari, Kupang, setelah hampir setahun berada di luar negeri. Ia mengaku pengalaman di Arava menjadi titik balik dalam cara pandangnya terhadap dunia pertanian.
“Di sana saya belajar bahwa pertanian bukan sekadar mencangkul dan menanam. Kami diajari membaca data, mengukur kebutuhan air, dan bahkan memprediksi hasil panen dengan software. Tapi yang paling berharga adalah belajar bekerja keras dan disiplin,” tuturnya.
Rekan sesama peserta, Yoseph Lape, menambahkan bahwa ia terkesan dengan cara orang Israel memperlakukan pertanian sebagai bisnis serius yang dikelola dengan presisi.
“Setiap tetes air di padang pasir itu dihitung. Mereka bisa panen melon dan tomat kualitas ekspor di tanah kering. Saya ingin membawa cara berpikir itu pulang,” ujarnya.
Pelepasan dan Harapan Baru
Di sisi lain, sembilan mahasiswa yang akan berangkat pun kini tengah mempersiapkan diri. Dalam acara pelepasan sederhana di aula kampus, para orang tua dan dosen menyampaikan doa dan harapan agar mereka menjaga semangat belajar dan nama baik Flores Bajawa.
“Ini bukan sekadar magang, ini perjalanan hidup,” ujar Dosen Pembimbing, Yohana Bere. “Kalian akan melihat dunia yang jauh berbeda. Tapi jangan lupa tanah kelahiranmu. Belajarlah untuk kembali, bukan untuk pergi.”
Program magang ke Israel ini menjadi salah satu tonggak penting bagi Stiper Flores Bajawa dalam membangun jejaring global dan menyiapkan lulusan yang tidak hanya mampu bertani, tetapi juga berpikir inovatif dalam menjawab tantangan masa depan.