Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
Gaya HidupHiburanNasional

Agustus dalam Nada: Saat Piche Kota dan Vanessa Zee Menyulam Rindu di Panggung Tanah Air”

384
×

Agustus dalam Nada: Saat Piche Kota dan Vanessa Zee Menyulam Rindu di Panggung Tanah Air”

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 

Oleh: Redaksi LintasTimor.ID

Example 300x600

JAKARTA |LINTASTIMOR.ID) – Bulan Agustus 2025 tiba, membawa serta denting merdeka dan semangat yang membara di udara. Di antara gegap gempita perayaan negeri, dua bintang muda tanah air kembali menapak panggung demi panggung. Mereka adalah Piche Kota dan Vanessa Zee, dua jiwa yang berjalan dalam harmoni, meski jadwal menggelinding di arah berbeda.

Vanessa Zee membuka Agustus dengan kelembutan. Pada tanggal 2, di tengah keramaian La Piazza MKG Jakarta, ia membawa soulful serenity dalam sebuah pertunjukan off-air yang lebih menyerupai bisikan hati ketimbang gebyar panggung. Wajahnya tenang, suaranya mengalun seperti musim gugur yang jatuh perlahan—mengundang mata, tetapi membelai perasaan.

“Kadang, kita tak butuh sorak. Cukup satu lagu yang mampu memeluk luka,” tulis Vanessa dalam unggahan media sosialnya, menyiratkan bahwa setiap panggung bukan sekadar penampilan, tapi pertemuan spiritual antara nada dan jiwa.

Sementara itu, di hari yang sama, jauh di ufuk timur nusantara, Piche Kota memulai langkahnya dari Makassar. Roadshow Audition di Phinisi Point Mall menjadi pembuka. Ia bukan hanya datang membawa suara, tetapi menyapa generasi baru, memberi harapan pada suara-suara muda yang masih meraba panggung pertama mereka.

Tanggal 5, langkahnya berpindah ke jantung ibu kota. Di Lapangan Banteng Jakarta Pusat, Piche membuka “Flora 2025”—menyatu dalam bunga, udara, dan kerumunan yang haus hiburan penuh makna. Dua hari berselang, tanggal 6, baik Vanessa maupun Piche, dalam tempat berbeda, terhubung oleh frekuensi yang sama: podcast tapping. Satu di Jakarta, satu lagi entah di mana, namun suara mereka akan hadir bersisian di layar dan telinga kita.

Keduanya melaju ke pertengahan bulan dengan agenda yang menandai warna perjuangan. Vanessa memeriahkan Konser Merdeka Anak Ni Raja di TMII, Jakarta, pada tanggal 16, panggung yang menyatukan sejarah dengan musik. Esok harinya, ia terbang ke Pematangsiantar—lagi-lagi untuk tampil dalam suasana intim yang belum diumumkan kepada publik.

Di saat bersamaan, Piche menyambangi Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur,untuk sebuah acara privat yang disebutnya sebagai “malam sunyi dengan nada”.

Ia lalu hadir di Atitta Fest, Parepare, 19 Agustus—di lapangan yang dahulu hanya tahu riuh bola, kini menjadi tempat gegap musik dan semangat muda.

Puncaknya adalah 22 Agustus, saat keduanya kembali satu panggung: HUT RCTI. Jakarta menjadi saksi saat dua sosok yang kerap disebut Penglaris Panggung itu bertemu dalam sorot lampu yang tak lagi menyoal popularitas, tapi menyuarakan perjalanan batin, seni, dan cinta akan tanah air.

Lalu mereka kembali berpisah. Piche menutup bulan dengan tampil di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur dan acara privat di Jakarta.

Vanessa? Ia masih menyimpan satu rahasia panggung untuk tanggal 30—to be announced, kata timnya, seolah membiarkan penggemar menebak-nebak ke mana cinta akan berlabuh.


Agustus bukan hanya bulan kemerdekaan. Bagi Piche Kota dan Vanessa Zee, ini adalah bulan ketika panggung-panggung bukan sekadar tempat tampil, melainkan altar tempat hati mereka bernyanyi, dan kita semua—penonton yang jatuh cinta dalam senyap—ikut bernyanyi, meski hanya dalam diam.

“Musik tak selalu soal suara. Kadang, ia adalah bahasa dua hati yang tahu caranya berpulang.”
—Piche Kota


 

Example 300250