MAKASSAR, [LINTASTIMOR.ID] – Angin dari Selat Makassar menyelinap masuk ke Phinisi Point Mall, membawa bisik rindu dari timur Indonesia. Di antara suara kota yang tak pernah tidur dan riuh lalu lalang langkah manusia, seorang pemuda dari perbatasan muncul dengan senyum tulus dan cahaya di matanya—Piche Kota, nama yang kini tak asing lagi bagi pencinta musik tanah air.
Pada 2 Agustus 2025, Piche hadir di Makassar dalam rangka Roadshow Audition Indonesian Idol XIV, bukan sebagai peserta, tetapi sebagai inspirasi. Di Lobby Bira, lantai UG, suara dan kisahnya menjadi suluh bagi ribuan mimpi yang sedang menanti giliran untuk menyala.
Dulu, ia hanyalah suara kecil di antara bukit-bukit Belu. Anak muda tanpa radio, tapi dengan nyali yang lebih nyaring dari genderang perang. Kini, ia datang ke kota yang disebut “gerbang timur Indonesia”, bukan lagi untuk menguji diri, melainkan menyalakan semangat bagi mereka yang masih berani bermimpi.
“Makassar bukan cuma tempat audisi, ini adalah panggung terbuka bagi keberanian. Saya hadir di sini untuk bilang: suara dari perbatasan pun bisa menggema sampai ke pusat-pusat impian,” ucap Piche Kota saat berbincang dengan kru penyelenggara.
Senyumnya yang teduh dan tawa lepasnya menjadikan suasana roadshow terasa hangat. Di tengah hiruk-pikuk audisi yang biasanya menegangkan, kehadiran Piche menjadi jeda yang menyejukkan. Ia menjadi cermin bagi para peserta: bahwa jalan menuju panggung bukan soal seberapa keras kita berteriak, tapi seberapa dalam kita menyanyikan kisah sendiri.
Dan kisah Piche Kota adalah kisah yang tak sederhana. Ia bukan sekadar jebolan Indonesian Idol, tetapi juga suara dari pelosok, dari sebuah tanah di timur yang lama sunyi dari sorotan. Kini, lewat kehadirannya di roadshow ini, ia menjadi jembatan—antara harapan dan kenyataan, antara mimpi dan keberanian untuk mengejarnya.
Makassar sore itu bukan hanya menyambut audisi, tetapi juga menyambut harapan. Dan Piche Kota, dengan caranya yang sederhana namun memikat, menorehkan jejak yang tidak akan mudah dilupakan: bahwa musik bukan hanya tentang nada, tapi tentang siapa yang berani menyanyikannya dari hati yang paling dalam.