KUPANG [LINTASTIMOR.ID] – “Saya tidak pernah menyangka pagi itu akan berubah menjadi kepanikan massal di halaman sekolah. Anak-anak satu per satu jatuh lemas, mual, dan menangis kesakitan. Hati saya remuk,” ucap Dra. Maria Th. Roslin S. Lana, Kepala SMP Negeri 8 Kupang, menahan haru saat mengenang detik-detik keracunan massal yang menimpa siswanya.
Selasa pagi (22/7/2025) menjadi mimpi buruk bagi keluarga besar SMPN 8 Kupang. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sejak Februari rutin diberikan sebagai bagian dari kebijakan pemerintah Kota Kupang, justru diduga menjadi pemicu ratusan siswa tumbang setelah menyantap menu yang dibagikan di sekolah.
Sebanyak lebih dari 100 siswa mengeluh mual, pusing, muntah, hingga diare hanya dalam hitungan menit setelah sarapan. Suasana mendadak berubah dari riuhnya pembelajaran menjadi ruang darurat.
Para guru berjibaku mengevakuasi siswa ke UKS dengan pertolongan awal seadanya—air hangat, minyak kayu putih, dan doa.
“Kami langsung sigap. Begitu siswa mulai mengeluh, kami berhentikan seluruh kegiatan dan hubungi Dinas Kesehatan serta para orang tua. Yang bisa berdiri dibantu jalan ke UKS, yang sudah lemas kami baringkan di lantai kelas,” tutur Maria dengan suara serak.
Distribusi makanan dilakukan sekitar pukul 10.30 WITA. Saat dibuka, sebagian guru sempat mencium aroma yang tidak biasa dari makanan tersebut.
Meski demikian, makanan tetap dibagikan kepada seluruh siswa sebagaimana SOP harian MBG yang dikelola pihak ketiga dari SPPG Kelapa Lima.
“Kami hanya menerima dan membagikan. Tapi saat nasi dibuka, memang ada bau yang agak berbeda. Saya tak bisa menuduh siapa pun, tapi jelas ada yang salah dalam proses ini,” kata Maria.
Akibat kondisi yang memburuk, lebih dari 100 siswa dilarikan ke tiga rumah sakit terdekat—RS Siloam, RSUD SK Lerik, dan RS Mamami. Ambulans silih berganti datang ke halaman sekolah. Para guru ikut mendampingi murid yang menangis karena perut perih, ada pula yang nyaris tak sadarkan diri.
Di tengah kekacauan itu, Maria tetap berdiri di tengah halaman sekolah, menyambut setiap orang tua yang datang panik. Ia menenangkan, memeluk, dan berusaha memberi informasi seakurat mungkin.
“Anak-anak adalah tanggung jawab kami di sekolah. Saya ikut merasakan apa yang orang tua rasakan. Ini bukan sekadar program gagal—ini luka bagi kami semua,” lanjutnya lirih.
Hingga kini, penyebab pasti belum diumumkan. Dinas Kesehatan dan BPOM telah mengambil sampel makanan untuk diteliti. Pemerintah Kota Kupang juga telah menonaktifkan sementara pendistribusian MBG sembari menunggu hasil investigasi menyeluruh.
Sementara itu, SMPN 8 Kupang menghentikan seluruh aktivitas belajar untuk beberapa hari. Fokus utama saat ini adalah memastikan seluruh siswa pulih sepenuhnya—secara fisik maupun psikologis.
Maria Roslin Lana mengajak semua pihak agar tidak saling menyalahkan, namun bersama mencari solusi agar tragedi serupa tak terulang.
“Biarlah kejadian ini menjadi pelajaran besar. Kami hanya ingin anak-anak kami sehat, bisa belajar dan bermain lagi tanpa rasa takut saat menerima sepiring nasi dari negara,” pungkasnya.
Catatan Redaksi:
Hingga berita ini diturunkan, kondisi sebagian besar siswa dilaporkan mulai membaik dan telah kembali ke rumah masing-masing.