Di tengah gudang berkapasitas ribuan ton, harapan baru mulai tumbuh: beras bantuan sosial atau Rastra akan kembali menyapa dapur-dapur keluarga kurang mampu di Mimika. Komisi II DPRK Mimika memastikan, tak ada lagi warga yang tertinggal dari perhatian negara—karena perut yang lapar tak boleh menjadi beban di negeri yang kaya ini.
TIMIKA [LINTASTIMOR.ID] –Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Mimika melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke kantor Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Mimika pada Jumat, 18 Juli 2025.
Dalam pertemuan ini, terungkap rencana penting: penyaluran beras bantuan sosial (Rastra) akan segera diluncurkan kembali ke seluruh kelurahan di Mimika.
Sekretaris Komisi II DPRK Mimika, Adrian Andika Tie, menyampaikan bahwa pihak Bulog telah menyatakan kesiapan mereka untuk memulai kembali distribusi Rastra. Namun, ia menggarisbawahi pentingnya pendataan yang akurat agar bantuan ini benar-benar tepat sasaran.
“Beras Rastra ini bukan untuk diperjualbelikan atau ditimbun. Ini untuk masyarakat kita yang membutuhkan—yang dapurnya kadang hanya mengepul karena niat, bukan karena isi,” tutur Adrian, dalam nada tenang yang sarat keprihatinan.
Menurut Adrian, distribusi akan menyasar seluruh kelurahan di 18 distrik di Kabupaten Mimika. Ia juga mendorong agar bantuan ini tidak sekadar diberikan sesekali, tetapi dapat disalurkan secara rutin setiap bulan.
Kapasitas Gudang dan Cadangan Aman
Bulog Mimika saat ini memiliki dua gudang:
- Gudang utama berkapasitas 1.000 ton
- Gudang tambahan sewaan berkapasitas 600 ton
Total stok beras saat ini mencapai 2.600 ton, yang siap didistribusikan tak hanya untuk bantuan sosial, tetapi juga bagi kebutuhan ASN dan personel TNI/Polri.
“Kapasitas gudang sudah mendukung. Sekarang tinggal kemauan dan mekanisme pendistribusian yang harus ditertibkan. Kami di DPRK siap kawal ini,” ujar Adrian dengan nada penuh optimisme.
Di tengah tantangan ekonomi dan inflasi pangan, program Rastra kembali menjadi simbol hadirnya negara di meja makan rakyat. Sebab bagi masyarakat kecil, satu karung beras bukan sekadar bantuan—tetapi tanda bahwa mereka tak dibiarkan sendiri menghadapi hidup yang keras.