ATAMBUA [LINTASTIMOR.ID] – “Perbatasan bukan hanya garis pemisah, tapi jendela harapan. Dan harapan itu harus terkoneksi.”
Ungkapan itu disampaikan Marsma TNI Agus Pandu Purnama, Asisten Deputi Koordinasi Telekomunikasi dan Informatika, saat memimpin rapat koordinasi percepatan pembangunan digital di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Perbatasan RI- Timor Leste.
Kabupaten Belu, wilayah strategis Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, kini menjadi pusat perhatian nasional karena masih banyak desa yang belum teraliri listrik maupun jaringan telekomunikasi.
“Kita tidak boleh membiarkan masyarakat di sini tertinggal dari arus digitalisasi nasional,” tegas Agus penuh keyakinan.
Senada dengan itu, Bupati Belu Willybrodus Lay mengungkapkan bahwa pemerataan konektivitas bukan hanya urusan teknologi, tetapi juga keadilan sosial.
“Ini tentang hak setiap warga untuk mengakses informasi, pendidikan, dan masa depan. Ketertinggalan bukan pilihan,” ujar Willybrodus dengan suara bergetar.
Dalam forum lintas sektor ini, Kemenko Polhukam bersama Kementerian Kominfo, PLN, dan operator seluler berkomitmen menjadikan Belu sebagai lokus intervensi terpadu melalui pembangunan infrastruktur dasar: listrik, menara sinyal, hingga sekolah berbasis digital di zona blank spot.
Agus juga menggagas pembentukan SMP Digital sebagai proyek simbolis transformasi digital kolaboratif.
“Kita ingin Belu jadi simbol kedaulatan digital Indonesia,” ujarnya penuh harap.
Forum strategis ini dihadiri berbagai pemangku kepentingan termasuk Telkom, Telkomsel, Indosat, XL Smart, dan jajaran OPD Kabupaten Belu, serta menegaskan sinergi untuk mendukung program prioritas nasional seperti Ketahanan Pangan, Koperasi Merah Putih, dan Pemerataan Pendidikan.
Kini, cahaya baru mulai menyala dari timur negeri—Belu tak lagi sendiri, sebab negara sedang hadir lewat koneksi dan komitmen.